Friday, February 28, 2014

Navigasi dan Jungle Survival


Navigasi adalah ilmu yag mempelajari menentukan posisi dan arah perjalanan baik pada peta maupun pada kondisi yang sebenarnya. Kemampuan dalam membaca,memahami peta,menggunakan alat navigasi serta kemampuan dalam menganalisa perjalanan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki penggiat alam bebas.

A. PETA
adalah gambaran 2 dimensi permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar dengan skala tertentu.

- Jenis Peta berdasarkan penggunaan
1) Peta Dasar : Dibuat untuk membuat peta turunan, perencanaan maupun pengembangan wilayah. Umumnya menggunakan peta topografi
2) Peta Tematik : Menyajikan isi dan untuk kepentingan tertentu dengan menggunakan peta dasar untuk meletakan info tematiknya

Bagian – Bagian Peta                       
*Judul Peta, bagian yang menyatakan identitas peta. Pada peta BAKOSURTANAL meliputi Judul Peta (biasanya merupakan nama daerah adminsist ratif, tempat terkenal dll) , Skala, Nomor Lembar Peta, Nama Lembar dan Edisi / terbitan. Sistem Penomoran Peta perlu diketahui untuk membantu dalam mencari peta tertentu.
* Letak Peta dan Diagram Lokasi Petunjuk Letak Peta, menunjukan nomor dan nama lembar peta terhadap peta sekelilingnya. Biasanya dalam bentuk matrikini berukuran 3 x 3.
* Lokasi, menunjukan letak peta pada ara yang lebih luas
* Sistem Referensi, terdiri dari sistem proyeksi, sistem grid, datum horizontal, datum vertikal, satuan tinggi dan selang kontur
* Pembuat dan Penerbit Peta
* informasi Nama dan Nomor Lembar Peta
*Legenda, merupakan petunjuk tanda atau simbol konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskribsi
*Keterangan Riwayat Peta
*Petunjuk Pembacaan Koordinat
· Pembagian Daerah Administrasi
*Skala
* Singkatan / Kesamaan Arti
* Utara Sebenarnya, Utara Grid, Utara Magnetik 

- Sistem Koordinat
Adalah titik yang terbentuk berdasarkan sistem sumbu yaitu dari perpotongan garis koordinat horizontal / absis dan vertikal / ordinat yang terdapat dipeta. Koordinat peta berguna untuk menunjukan suatu posisi pada permukaan bumi di peta. Pada penyebutan, garis mendatar diinformasikan terlebih dahulu lalu garis tegak. Garis Koordinat ini membagi peta dalam kotak – kotak (karvak). Sistem Koordinat yang lazim digunakan yaitu :
1) Geografi (Geographical Coordinat)
Menyatakan posisi suatu titik dalam satuan derajat , menit , dan detik dari garis lintang (Utara dan Selatan) dan bujur (Barat dan Timur)
2) Grid / UTM (Grid Coordinat)
Menyatakan posisi suatu titik dalam ukuran jarak (meter) dari perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinalt(y) pada koordinat grid sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan. Penyebutan dengan koordinat grid dapat dilakukan dengan 4 Angka, 6 Angka, atau 8 Angka. 

- Arah Utara
* Utara Sebenarnya / Utara Geografi (Truth North / Geographical North, US / TN) diberi simbol * , arah utara yang ditunjukan garis bujur (meridian) dan menuju ke kutub utara bumi atau titik pertemuan garis bujur bumi.
* Utara peta / Utara Grid (Grid North, UP / GN) diberi simbol GN, arah utara yang ditunjukan garis koordinat tegak peta ke arah atas
* Utara magnetik (Magnetic North, UM) diberi simbol T (anak panah separuh) , arah utara yang ditunjukan jarum kompas menuju kutub utara magnetik bumi 

- Iktilaf
* Iktilaf Peta / Konvergensi Meredian, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara peta
* Iktilaf Magnetik / Deklinasi, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara magnetik
* Iktilaf Utra Peta – Utara Magnetik / Deviasi, merupakan sudut yang dibentuk utara peta dengan utara magnetis 

- Variasi Magnetik,
yaitu perbedaan besarikhtilaf magnetik pada waktu yang berlainan. Jika variasi magnetis ini bertambah maka disebuti Increase dan jika berkurang maka disebut Decrease. 

- Kontur
garis khayal diatas permukaan bumi yang menghubungkan titik- titik yang memiliki ketinggian yang sama sehingga dapat mengetahui bentuk medan yang sebenarnya (menunjukan ketinggian, perbedaan ketinggian, kemiringan, proyeksi 3D). Terdapat istilah penting :
* Interval Kontur, jarak tegak 2 garis kontur yang berdekatan / elevasi vertikalantara 2 buah garis kontur yang berdekatan. 

Rumus : Interval kontur = 1/2000 x skala peta 

Namun rumus ini tidak selamanya dapat digunakan karena garis kontur pada daerah terjal berbeda dengan daerah landai

1. sifat-sifat garis kontur
a. Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi, kecuali bila disebut secara khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.
b. Garis kontur tidak akan pernah berpotongan
c. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap, walaupun kerapatan dua garis kontur tersebut berubah-ubah.
d. Daerah datar mpunyai kontur yang jarang-jarang, sedangkan daerah terjal atau curam mempunyai garis kontur yang rapat.
e. Garis kontur tidak akan pernah bercabang.
f. Punggung gunung atau bukit terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” yang ujung melengkungnya menjauhi puncak.
g. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” yang ujungnya tajam dan menjorok ke arah puncak.
h. Garis kontur berbentuk kurva tertutup.
i. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara (tengah-tengah) antara dua garis yang berurutan.

2. Menentukan ketinggian suatu tempat
Untuk menentukan suatu ketinggian pada peta, yaitu dengan cara melihat interval kontur pada peta dan lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada perkiraan umum yaitu : interval kontur = 1/200 skala peta. 

Tetapi perkiraan ini biasanya tidak selalu benar. Beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 25.000 dengan kontur interval yang tetap 25 m. Dalam misi SAR gunung hutan misalnya, sering kali suatu diperbesar dengan cara di fotocopy untuk ini interval kontur peta tersebut haruslah tetap dituliskan.

Sering peta yang dikeluarkan oleh Bakorsutanal (1 : 50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m dan seterusnya) atau setiap selang sepuluh kontur.

Peta yang dikeluarkan oleh AMS (Army Map Service) yang berskala 1 : 50.000, membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 m. Misalnya : 100,200,300 m dan seterusnya.
Peta yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan garis konturnya. Dari informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk menentukan garis kontur tebal.

Bila ketinggian garis kontur tidak dicantumkan, maka untuk mengetahui ketinggian suatu tempat haruslah dihitung dengan cara sebagai berikut :
a. Cari dus titik yang berdekatan yang harga ketinggiannya diketahui (tercantum).
b. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut hitung berapa kontur yang terdapat diantara keduanya (jangan menghitung garis kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
c. Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).
d. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian. Bila kontur terdekat itu berada diatas titikmaka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian itu. Bila kontur berada dibawah maka harganya lebih kecil. Hitung harga kontur terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari point (c).
Lakukanlah perhitungan diatas sampai merasa yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar, cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda (kontur 1000, 1.250, 1,500 dan seterusnya) agar mudah mengingatnya.

Titik Ketinggian
* Tinggi Mutlak adalah tinggi yang diukur dari pemukaan laut, merupakan standarisasi
pengukuran. Tinggi mutlak digunakan untuk menentukan tinggi sebenarnya dari permukaan laut
* Tinggi Nisbi adalah tinggi yang diukur dari tempat dimana bendaitu berada, biasanya diukur dari permukaan tanah.
* Titik Triangulasi adalah titik atau tanda yang merupakan pilar / tonggak yang menyatakan tinggi mut lak suatu tempat dari permukaan laut . Titik ini digunakan oleh jawatan topografi untuk menentukan tinggi suatu tempat atau letak suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu pasti pada waktu pembuatan peta.

B. Kompas

Adalah alat penunjuk arah, yaitu arah utara magnetis bumi yang disebabkan oleh sifat kemagnetisannya. Karena sifatini, maka dalam penggunaannya jauhkan kompas dari pengaruh benda-benda yang terbuat dari baja atau besi, karena akan menyebabkan penunjukkan yang salah pada jarumnya.
* Kompas Orienteering
* Kompas Bidik(Kompas Prisma)




C. Protactor
adalah alat yang digunakan untuk menentukan koordinat pada peta topografi dengan system koordinat Grid / UTM (Grid Coordinat).



D. Altimeter
adalah alat yang digunakan untuk menentukan kaetinggian suatu tempat yang diukur dari permukaan laut(mdpl)









E. GPS (Global Position System) 
Adalah bagian dari sistem radio navigasi berbasis satelit yang secara terus-menerus mentransmisikan informasi dalam bentuk kode, sehingga memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan lokasi / posisi, ketinggian, kecepatan dan waktu dengan mengukur jarak kita dengan satelit.
Lebih dalam mengenai topik ini dapat dilihat pada tulisan Global Positioning System.




F. Pengetahuan dasar Navigasi Darat 
Sudut adalah besaran selisih derajat yang dibentuk oleh 2 buah garis, dimana yung satu menuju ke utara magnetis dan yang lain menuju ke sasaran.
1) Sudut Azimuth
Sudut mendatar yang besarnya dihitung sesuai dengan arah jarum jam dari arah utara. Azimuth ditujukkan untuk menentukan arah di medan atau di peta, melakukan pengecekkan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tsb adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan kita
2) Sudut Back Azimuth
Sudut arah dari suatu garis dilihat menurut arah kebalikkan. Cara menghitung nya : Jika azimuth lebih dari 180º, maka back azimuth sama dengan azimuth dikurangi 180º. Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya sama dengan 180º ditambah azimuth.

G. Orientasi Medan 
Adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya atau menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya. Sebelum Memulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda- tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta dengan pencocokan bentuk puncakan, sungai, desa dll. Jadi minimal diketahui secara kasar posisi. Orientasi medan ini berfungsi untuk meyakinkan perkiraan posisi anda adalah benar.
Langkah-langkah orientasi Medan:
1) Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda- tanda medan yang menyolok.
2) Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
3) Cari tanda- tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda- tanda medan tersebut di peta.
4) Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5) Ingat tanda- tanda tersebut, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.

H. Cross Bearing Technic
a. Resection

Yaitu menentukan posisi dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Langkah-langkah melakukan resection:
1) Lakukan orientasi medan
2) Cari objek / titik yang mudah dikenali pada medan sebenarnya dan pada peta, minimal 2 buah
3) Bidik tanda- tanda medan tersebut dari posisi saat ini (azimuth)
4) Hitung hasil backazimuth, tarik garis lurus dari titik acuan tersebut
5) Lakukan langkah 2 – 4 pada titik acuan lain
6) Perpotongan garis yang ditarik dari back azimuth titik acuan tersebut adalah posisi kita dipeta.

b. Intersection
Yaitu menentukan posisi suatu titik (benda) pada peta dengan menggunakan 2 atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan dan dipeta. Langkah- langkah melakukan intersection adalah:
1) Lakukan orientasi medan dan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
2) Bidik obyek yang kita amati
3) Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
4) Bergerak ke posisi lain dan lakukan langkah 1-3
5) Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud. Semakin banyak titik bidik untuk menarik garis perpotongan, semakin akurat hasil yang didapatkan. Sudut terbaik antara titik bidik untuk melakukan intersection adalah 900


I. Interpretasi dan Analisa Peta Topografi Sebelum melakukan perjalanan untuk memahami kondisi medan sebenarnya berdasarkan informasi pada peta sehingga dapat digunakan sebagai asumsi awal dalam penyusunan rencana perjalanan. Interpretasi dan analisa peta ini dapat dilakukan dari :
a. Informasi dasar peta,
seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta, lokasi daerah dan titik ekstrim seperti perkampungan (nama daerah, nama jalan, nama sungai, nama gunung dan bentukan alam lain), perpotongan sungai, jalan, ketinggian suatu titik, kerapatan kontur berdasarkan pemahaman tentang sifat kontur yang dapat digunakan untuk memperkirakan jarak dan waktu tempuh, karakter medan / kemiringan (terjal / landai), vegetasi, dll.
b. Tanda Medan 

Melakukan analisa bentuk kontur yang tergambar pada peta untuk mendapatkan gambaran medan sebenarnya. Mengenali tanda medan ini dapat dilakukan berdasarkan sifat garis kontur yaitu :
1) Perbedaan tinggi antara 2 kontur adalah setengah dari angka ribuan pada skala yang dinyatakan dalam satuan meter (biasanya tertera pada setiap peta topografi)
2) kontur yang rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali untuk kawah
3) antar kontur tidak akan saling berpotongan, kecuali berhimpit pada lembah yang sangat curam dimana terdapat air terjun
4) kontur yang bebentuk seperti huruf V dari pusat kontur merupakan punggungan dan yang berbentuk seperti huruf V terbalik dari pusat kontur adalah lembahan.
5) Kontur terputus-putus menyatakan ketinggian setengah atau lebih dari perbedaan tinggi antara 2 buah kontur berurut.
6) Makin rapat kontur, menunjukkan daerah yang makin terjal/curam.
7) Saddle adalah daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
8) Pass adalah celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
9) Bentukan sungai dapat terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian tingkat kontur, biasanya terdapat pada lembahan dan namanya tertera mengikuti alur sungai.

Dalam kondisi sebenarnya, sering kali teknik cross bearing tidak selalu dapat dilakukan seperti karena faktor cuaca atau tidak terlihatnya titik ekstrim yang dapat dijadikan acuan. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam kondisi seperti ini adalah dengan melakukan analisa dan interpretasi peta untuk kemudian dapat dibandingkan hasilnya dengan medan sekitar, serta merunutnya dari titik awal perjalanan. 

Oleh karena itu, biasakan untuk mempelajari, menandai dan melakukan sebanyak mungkin analisa medan selama perjalanan serta melakukan cross check perkiraan awal tadi dengan fakta yang didapatkan dilapangan. Semakin banyak kita mengetahui tanda – tanda medan yang dilalui, semakin memahami pula kita tentang sifat dan tingkat kesulitan medan tersebut yang akan sangat berguna selama melakukan perjalanan dan dalam situasi darurat. 

Namun, Navigasi darat merupakan ilmu praktis, yang hanya dapat terasah jika dipraktekkan langsung dilapangan. Pemahaman mengenai teori dan konsep hanyalah membantu untuk memahami ilmu navigasi, tetapi tidak menjamin kemampuan navigasi darat seseorang.


Sebelum melakukan perjalanan tentukan terlebih dahulu posisi kita berada kemudian tentukan posisi target perjalanan kita di dalam peta dan kemudian carilah sudut dari titik awal perjalanan di dalam peta ke titik akhir perjalanan. sudut ini nantinya berguna untuk acuan arah perjanan kita.

Semoga bermanfaat, selamat menikmati alam bebas.


Thursday, February 27, 2014

Bagaimana Bertualang ala Backpack

Apakah Anda ingin mendaki gunung dan mendirikan kemah di belantara dengan tidak ada orang di sekitar? Maka Anda akan memerlukan sebuah ransel. Berikut ini beberapa info mendasar sebagai tips sebelum Anda memulai.

Berikut ini adalah barang-barang yang Anda perlukan:
  • sepatu yang kuat
  • ransel
  • tenda
  • Sleeping bag
  • Sleeping pad
  • Kotak PPPK 
  • filter air
  • kompor portabel
  • peralatan makan minum 
  • makanan
  • pakaian hangat
  • pakaian pengganti
  • jas hujan
  • topi hangat
  • peta
  • kompas
Tips untuk memulai:
  1. Pada waktu memilih ransel, cobalah ransel Anda di toko dan pastikan cocok pada tubuh Anda. Pastikan terdapat plastik pembungkus ransel dikala hujan.
  2. Seperti halnya aktivitas berat lain, pastikan Anda berada dalam kesehatan yang baik dan dalam kondisi fisik yang baik sebelum memulai.
  3. Bangun stamina Anda. Dapatkah Anda mendaki medan terjal sejauh 10 km per hari selama beberapa hari? dan apakah Anda bisa melakukan itu sambil membawa beban seberat 30kg atau lebih di punggung Anda? Pastikan Anda siap dengan hal diatas. Di padang belantara, kelelahan dapat membunuh Anda. 
  4. Bawa secukupnya dan seminimal mungkin. Toko alat bertualang biasanya memiliki segala hal yang dibutuhkan untuk backpacking. Pastikan semuanya kompak dan ringan - usahakan tidak ada peralatan yang mengandung bajan kapas karena jika basah, Anda ingin mereka untuk tidak menjadi berat dan kering dengan cepat. 
  5. Mendirikan kemah usahakan di tempat yang aman dan terlindung sebelum gelap , jika mungkin, dekat air. Area memasak Anda harus agak jauh dari tenda. Jangan menyimpan makanan atau bau manis di dalam tenda. Gantungkan makanan basah di pohon pada saat malam hari. Menggali lubang dan mengubur kotoran Anda. 
  6. Selalu bawa barang-barang dan sampah dari kegiatan Anda. Tinggalkan tempat yang Anda singgahi seperti semula seperti Anda tidak pernah ada. 
  7. Biarkan orang tahu kemana Anda akan pergi dan berapa lama Anda akan bertualang. Pastikan Anda membiasakan diri dengan daerah tujuan sebelum Anda melanjutkan perjalanan, jangan lupa untuk membawa peta dan kompas. Jika Anda tersesat, tetap tenang dan berhati-hati, buatlah perapian jika memungkinkan. 

    Curug Cibereum

    Curug Cibereum terdiri dari air terjun utama Curug Cibeureum, dan dua air terjun lain yang lebih kecil, Curug Cidendeng dan Curug Cikundul. Curug Cibeureum adalah air terjun terbesar dan paling pendek di kawasan ini, letaknya yang lebih terbuka dan dekat shelter sehingga lebih banyak dikerumuni. Nama Cibeureum berasal dari bahasa sunda yang berarti sungai merah, nama ini diambil dari nuansa merah dinding tebing yang terbentuk dari lumut merah yang tumbuh secara endemik di sana.
    Di sebelah kanan Curug Cibeureum adalah Curug Cidendeng, ukurannya lebih tinggi dan langsing. Airnya melintasi tebing batu-batu trap dan jatuh menimpa lereng tebing yang berlumut. Sedangkan yang paling kanan adalah Curug Cikundul, letaknya yang sangat tinggi dan agak tersembunyi di ceruk dua tebing.
    Ketiga curug ini memiliki ketinggian antara 40-50 meter dan berada di ketinggian 1675 m dari permukaan laut (dpl). Curah hujan rata-rata di kawasan ini berkisar 3.000-4.200 mm per tahun. Bulan basah pada periode Oktober sampai Mei, pada saat musim barat laut dan rata-rata hujannya lebih dari 200 mm per bulan. Bulan Desember sampai Maret curah hujannya dapat mencapai lebih dari 400 mm per bulan.
    Menurut klasifikasi iklim Scamidt dan Ferguson, tipe iklim di kawasan ini termasuk tipe iklim A. Rata-rata temperaturnya bervariasi antara 18 °C di Cibodas dan kurang dari 10 °C di puncak Pangrango.
    Terletak di dalam kawasan Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) Cibodas, tepatnya di Desa Sindang Laya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
    Peta dan Koordinat GPS :6° 45' 17.11" S 106° 59' 7.52" E
    sumber: Wikipedia

    Wednesday, February 26, 2014

    Lean Six Sigma CERTIFIED

    [jeruk bali, Feb 23, 2014] Six Sigma is a business management strategy, originally developed by Motorola as a set of practices designed to improve manufacturing processes and eliminate defects, but its application was subsequently extended to many other types of business processes as well.

    In Six Sigma, a defect is defined as anything that could lead to customer dissatisfaction and / or does not meet business set specifications. Six Sigma seeks to identify and remove the causes of defects and errors in manufacturing and/or service delivery and business processes.

    It uses a “process oriented” way of thinking, based on data, and using a proven problem solving methodology and toolset including statistical methods, and creates a dedicated infrastructure of people within the organization who are experts in these methods.

    Six Sigma aims to deliver “Breakthrough Performance Improvement” from current levels in business and customer relevant operational and performance measures in sigma standard measurement.

    Six Sigma initiatives are planned and implemented in organizations on “Project by Project” basis. Each project aims not only to improve a chosen performance metric but also sustain the improvement achieved.

    Each Six Sigma project carried out within an organization follows a defined sequence of steps and has quantified financial targets like revenue increase, cost reduction or profit increase by controlling business / operational elements like:
    • Customer Satisfaction Rating Score
    • Time taken to respond to customer queries or complaints
    • % Defect rate in Manufacturing
    • Cost of executing a business process transaction
    • Yield (Productivity) of service operations or production
    • Inventory turns (or) Days of Inventory carried
    • Billing and Cash Collection lead time
    • Equipment Efficiency (Downtime, time taken to fix etc.,)
    • Accident / Incident rate
    • Time taken to recruit personnel and so on…
    In recent years, Six Sigma has sometimes been combined with lean manufacturing (management) to yield a methodology named Lean Six Sigma.

    What is Lean?
    Lean is a philosophy and set of management techniques focused on continuous “eliminating
    waste” so that every process, task or work action is made “value adding” (the real output customer pays for!!) as viewed from customer perspective.

    Lean “waste elimination” targets the “Eight Wastes” namely:
    1. Overproduction – Making more than what is needed by customer / market demand
    2. Over-processing - Doing more to a product/service (but not perceived as value by customer)
    3. Waiting – For material, information, people, equipment, procedures, approvals and more
    4. Transportation – Movement of products / items during or after production
    5. Defects – Errors, mistakes, non-complying products, services, documents, transactions
    6. Rework and Scrap – Products, transactions or outputs not meeting specifications and have to be fixed, redone, rectified, marked down or scrapped / unusable.
    7. Motion – Mainly people, document movement, searching etc.
    8. Inventory – Buffer stocks or resources (Raw, Work in process, FG, Bench staff etc.,)
    and lately based on lean best practice, Unused Creativity (People knowledge and skills that are not utilized by the company) added as the waste target.

    Wastes make the organization slow, inefficient and uncompetitive. Lean methods help to remove / reduce waste and contributes to driving “business agility” (velocity) through smooth work flow across the organization resulting in rapid fulfillment of customer needs in an optimum manner.



    Six Sigma Methodology
    Six Sigma has two key methodologies:
    1. DMAIC 
    2. DMADV, both inspired by Deming's Plan-Do-Check-Act Cycle.
    DMAIC is used to improve an existing business process;
    DMADV is used to create new product or process designs.

    DMAIC 
    The basic DMAIC methodology consists of the following five steps:
    • Define process improvement goals that are consistent with customer demands and the enterprise strategy.
    • Measure key aspects of the current process and collect relevant data.
    • Analyze the data to verify cause-and-effect relationships. Determine what the relationships are, and attempt to ensure that all factors have been considered.
    • Improve or optimize the process based upon data analysis using techniques like Design of Experiments.
    • Control to ensure that any deviations from target are corrected before they result in defects. Set up pilot runs to establish process capability, move on to production, set up control mechanisms and continuously monitor the process.
    DMADV (also known as DFSS – Design for Six Sigma)
    The basic methodology consists of the following five steps:
    • Define design goals that are consistent with customer demands and the enterprise strategy.
    • Measure and identify CTQs (characteristics that are Critical To Quality), product capabilities, production process capability, and risks.
    • Analyze to develop and design alternatives, create a high-level design and evaluate design capability to select the best design.
    • Design details, optimize the design, and plan for design verification. This phase may require simulations.
    • Verify the design, set up pilot runs, implement the production process and hand it over to the process owners.

    SIX SIGMA CERTIFICATION LEVEL
    • Master Black Belts, identified by champions, act as in-house coaches and subject matter experts on Six Sigma. They devote 100% of their time to Six Sigma. They assist champions and guide Black Belts and Green Belts. Apart from statistical tasks, their time is spent on ensuring consistent application of Six Sigma across various functions and departments.
    • Black Belts operate under Champions and Master Black Belts to apply Six Sigma methodology to specific projects. They devote 100% of their time to Six Sigma. They primarily focus on Six Sigma project execution, whereas Champions and Master Black Belts focus on identifying projects/functions for Six Sigma. 
    • Green Belts are employees who undertake Six Sigma implementation along with their other job responsibilities. They operate under the guidance of Black Belts
    • Yellow Belts are anyone that has registered in a Six Sigma basic Training and pass the exams. Yellow belts is the first certification level of Six Sigma.

    When we want to launch Lean Six Sigma initiatives in our organization, we have to prepare not only people that have Six Sigma certification level, we have to prepare an organization that delivered as a structure engagement covering:  
    • Executive Overview, Introduce Lean Six Sigma to the Top/Senior Management from a strategic perspective
    • Champion Program, Create leaders in-company to identify breakthrough opportunities and oversee projects
    • Lean Six Sigma Green Belt, Blends Classroom with On-site project guidance to develop Green Belt Practitioners
    • Lean Six Sigma Black Belt, Blends Classroom with On-site project guidance to develop Black Belt practitioners
    • Lean Six Sigma Master Black Belt, Blends Classroom with Coaching to develop Subject matter experts
    • Design for Six Sigma, Blends Classroom with On-site project guidance to develop “Right First Time” Product and Process designers


    How To Get CERTIFIED

    "There is no single certification body designated to provide Lean Six Sigma Certification to business professionals".

    The unique of Lean Six Sigma certification is there are many organization provide training, consulting and certification just like operational excellence consulting companies in the world and also many big corporates develop their own training and certification based on their best practice, such as Motorola, Xerox, GE and many others.

    Besides corporates and traditional training, there are many Lean Six Sigma online training, like listed below:
    • Acuity Institute [Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, Kaizen, Change Management and Lean]
    • Air Academy Associates [Six Sigma, Lean, DFSS and other concepts]
    • American Society for Quality [White Belt, Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, Master Black Belt, Lean, DFSS and various other courses]
    • Aveta Business Institute [Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, Master Black Belt, Lean Six Sigma and DFSS]
    • Bitspec [Yellow Belt, Green Belt and Black Belt]
    • BMGI [Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, Champion and Innovation]
    • e-Zsigma [White Belt, Green Belt, Black Belt, Lean and various short courses]
    • Global Quality Systems [Green Belt and Black Belt]
    • International Institute for Learning [Yellow Belt, Green Belt, Black Belt and Project Management for Six Sigma]
    • Juran Institute [Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, Auditing, Lean, Lean Six Sigma, Project Management, Root Cause Corrective Action, Six Sigma, and Statistics]
    • Key Performance [Yellow Belt, Green Belt, Black Belt and Master Black Belt]
    • Knowledge Platform [Yellow Belt and Green Belt]
    • Lean Sigma Corporation [Yellow Belt, Green Belt and Black Belt]
    • MindPro [White Belt, Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, Master Black Belt, Lean Sigma and various other courses]
    • MoreSteam [White Belt, Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, Master Black Belt, Lean, DFSS and various short courses]
    • Pivotal Resources [Introduction to Six Sigma]
    • Pyzdek Institute [Green Belt and Black Belt]
    • Six Sigma eLearning [Yellow Belt, Green Belt, Black Belt and change leadership]
    • SixSigma.us [White Belt, Yellow Belt, Green Belt and Black Belt]
    • The Quality Group [White Belt, Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, Master Black Belt, Champion and Project Management]
    • Workplace Academy [Lean Six Sigma Certifications – Voucher code "iSS20" for 20% off Yellow and Green Belt courses]


    WHAT SIX SIGMA CERTIFICATION LEVEL DO I NEED?

    Determining what Lean Six Sigma certification level you need is not as hard as you may think. Once you understand the differences, you can easily figure out what Lean Six Sigma Level to pursue.

    SIX SIGMA YELLOW BELTS
    Six Sigma Green Belts are trained to understand the basic knowledge of Six Sigma methodology and tools, approximately take 3 to 5 days of training. Many Six Sigma training provider merge this training to the Green Belt program.

    SIX SIGMA GREEN BELTS
    Six Sigma Green Belts are trained to solve many process problems through approximately 10 days of training. Usually they are process leaders or work within processes, such as employees within the accounting group or on a manufacturing line.

    Their role is to implement Lean Six Sigma projects within their department and as part of their job; as such, they “do” Six Sigma and improve processes they are a part of on a part-time basis.

    As part of their Green Belt role, they lead fellow team members through the project framework and toolset, evaluate solutions and reduce defects in the process. Normally, they will have the support of a Black Belt to whom they are assigned for coaching and mentoring.

    A typical Six Sigma Green Belt project may deliver anywhere from $10,000 to $100,000 of financial benefit to the organization.

    SIX SIGMA BLACK BELTS
    Six Sigma Black Belts are trained to solve many process problems through approximately 20 days of training. With this much training, they are considered highly trained in the complete set of Lean and Six Sigma methods and tools.

    As compared to Green Belts, Black Belts implement improvement projects that are much more complex and strategically-important to the business, oftentimes cross-functional or requiring significant data or leadership skills to accomplish. They also work on the project(s) full time.

    In addition to executing Six Sigma projects, they regularly coach/mentor Green Belts who are assigned to them. A Six Sigma Black Belt may coach anywhere from two to 10 Green Belts at a time.

    A typical Six Sigma Black Belt project may deliver anywhere from $50,000 to $350,000 of financial benefit to the organization.

    SIX SIGMA MASTER BLACK BELTS
    Six Sigma Master Black Belts are the most comprehensively trained and are the most skilled practitioners of Lean and Six Sigma. They are often experts in leadership, facilitation, root cause analysis, and strategic management, in addition to being trained in Design for Six Sigma methodology.

    They should be the pinacle of change management, able to lead any group or project to successful completion. They often set strategic direction for an organization, remove roadblocks facing Black Belts or Green Belts assigned to them, and deliver or oversee training of employees in their organization.
    A Six Sigma Master Black Belt may coach anywhere from two to 10 Black Belts at a time.

    HOW DO YOU GET LEAN SIX SIGMA CERTIFIED?
    Start the opportunity, contact local or online training provider, go through the training program and get certified, so simple.


    Henry, Certified Lean Six Sigma
    think simple is the way to solve complexity” 
    www.jerukbali.com

    Monday, February 24, 2014

    [serial on busway] Moda Transportasi nyang lagi Trendi

    [26 feb 14] Pagi ini ane ketemu bapak2 pendekar di busway..iya bener pendekar, ketemunya ngak sengaja, pas lagi berdesakan ngak karuan...dari berdiri di posisi dekat pintu sampai bergeser ke belakang...dan akhirnya mentok berhadapan dengan si bapak pendekar, disaat semua penumpang saling bergeser memberi celah..si bapak dengan gagahnya pasang "kuda-kuda"..kuat banget dah... ngak bergeser sedikitpun... (wew..)
    Ampun dah kalo ketemu yg pendekar gini...dari depan kanan kiri kita didesak..tapi kita sendiri ngak bisa geser seperti mentok di tembok... hahahahaha... aya-aya wae 



    [23 feb 14] Fitnes di busway.... ??? temen ane (aku gaya kaskus) pada bengong dengan indah mendengar ane baru aja fitnes di busway? bagaimana bisa? hau kam? begitu komentar pertama yang mendengar pernyataan diatas.

    Begini ceritanya bro.. pagi ini seperti biasa dengan semangat 45 ane naik busway menuju kantor, hari ini berangkat lebih pagi dari biasanya...lebih pagi 10 menit hehehehe...dengan harapan halte busway masih longgar ngak sepadat biasanya.

    Tak dinyana..ternyata datang pagi pun ngak ada perubahan..sama-sama padat..ya udahlah ane ikuti aja arusnya... satu bus lewat...penuh...dua bus...penuh...tiga bus... ngak tahu sampai berapa akhirnya ane kebagian juga berdesak-desakan di busway....yang nyangkut di pikiran cuma "ya udahlah..yang penting cepet sampe"

    Ternyata kenyataan memang tidak pernah seindah pikiran..perlahan tapi pasti desakan penumpang kanan kiri depan belakang mulai kuat..dimulailah acara fitnes di busway..dengan bergelantungan satu tangan..desak ke kanan..ane ke kanan..desak ke kiri ane ke kiri...ampun dah...mana sopirnya kalo jalan ngak ada manis-manisnya, tangan sampe pegel banget bro... lama-lama ane mulai menikmati alunan sentakan busway..beserta bonus fitnesnya ini...tapi tak dinyana..ada yang dengan sadis membuang gas nya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu...weks.....mana bau banget lagi... kentut pagi apalagi buat yang belum setoran pagi bisa dibayangin bro semerbak baunya...amboiiii...

    ane coba perhatikan sekeliling...yang terlihat adalah muka-muka tanpa dosa.. heran ane kok mereka bisa ya pasang muka "cool" gitu padahal baunya semerbak...apa cuma ane doang yang nemuin si kentut ini??? udah gitu mana kejadiannya berulang-ulang lagi.... ampun dah....

    tambah lagi sebelum halte tujuan ane...ada seorang bapak tua, kelihatan sudah peyot plus rambut serba putih merangsek ke arah pintu dan dengan gagah bilang "permisi-permisi mau turun.." padahal halte turunnya masih jauh (wew...) bikin desakan fitnes tambah maknyus... ini bapak tua tenaganya gede banget dah,....

    akhirnya sampai juga di halte harmoni... ane bisa bernapas lega walau masih harus nyambung ke busway tujuan lain.

    [catatan 24 feb 2014 pagi]








    Saturday, February 22, 2014

    Menjadi Seorang ARSIPARIS

    Sejak pemberlakuan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dan PP 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 43 tentang Kearsipan, yang mengharuskan setiap lembaga negara / pemerintahan daerah / lembaga pendidikan / perusahaan / organisasi politik / organisasi kemasyarakatan / perorangan untuk melakukan penyesuaian dan penanganan dokumen arsip sesuai standar dan regulasi yang berlaku di indonesia, profesi Arsiparis semakin diperhitungkan keberadaannya.
    Bagaimana menjadi seorang Arsiparis...?, ikuti tulisan berikut oleh 
    Mr. Arief Herdiansah - Arsiparis  

    Friday, February 21, 2014

    Navigasi dan Jungle Survival


    Navigasi adalah ilmu yag mempelajari menentukan posisi dan arah perjalanan baik pada peta maupun pada kondisi yang sebenarnya. Kemampuan dalam membaca,memahami peta,menggunakan alat navigasi serta kemampuan dalam menganalisa perjalanan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki penggiat alam bebas.

    A. PETA
    adalah gambaran 2 dimensi permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar dengan skala tertentu.

    - Jenis Peta berdasarkan penggunaan
    1) Peta Dasar : Dibuat untuk membuat peta turunan, perencanaan maupun pengembangan wilayah. Umumnya menggunakan peta topografi
    2) Peta Tematik : Menyajikan isi dan untuk kepentingan tertentu dengan menggunakan peta dasar untuk meletakan info tematiknya

    Bagian – Bagian Peta                       
    *Judul Peta, bagian yang menyatakan identitas peta. Pada peta BAKOSURTANAL meliputi Judul Peta (biasanya merupakan nama daerah adminsist ratif, tempat terkenal dll) , Skala, Nomor Lembar Peta, Nama Lembar dan Edisi / terbitan. Sistem Penomoran Peta perlu diketahui untuk membantu dalam mencari peta tertentu.
    * Letak Peta dan Diagram Lokasi Petunjuk Letak Peta, menunjukan nomor dan nama lembar peta terhadap peta sekelilingnya. Biasanya dalam bentuk matrikini berukuran 3 x 3.
    * Lokasi, menunjukan letak peta pada ara yang lebih luas
    * Sistem Referensi, terdiri dari sistem proyeksi, sistem grid, datum horizontal, datum vertikal, satuan tinggi dan selang kontur
    * Pembuat dan Penerbit Peta
    * informasi Nama dan Nomor Lembar Peta
    *Legenda, merupakan petunjuk tanda atau simbol konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskribsi
    *Keterangan Riwayat Peta
    *Petunjuk Pembacaan Koordinat
    · Pembagian Daerah Administrasi
    *Skala
    * Singkatan / Kesamaan Arti
    * Utara Sebenarnya, Utara Grid, Utara Magnetik 

    - Sistem Koordinat
    Adalah titik yang terbentuk berdasarkan sistem sumbu yaitu dari perpotongan garis koordinat horizontal / absis dan vertikal / ordinat yang terdapat dipeta. Koordinat peta berguna untuk menunjukan suatu posisi pada permukaan bumi di peta. Pada penyebutan, garis mendatar diinformasikan terlebih dahulu lalu garis tegak. Garis Koordinat ini membagi peta dalam kotak – kotak (karvak). Sistem Koordinat yang lazim digunakan yaitu :
    1) Geografi (Geographical Coordinat)
    Menyatakan posisi suatu titik dalam satuan derajat , menit , dan detik dari garis lintang (Utara dan Selatan) dan bujur (Barat dan Timur)
    2) Grid / UTM (Grid Coordinat)
    Menyatakan posisi suatu titik dalam ukuran jarak (meter) dari perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinalt(y) pada koordinat grid sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan. Penyebutan dengan koordinat grid dapat dilakukan dengan 4 Angka, 6 Angka, atau 8 Angka. 

    - Arah Utara
    * Utara Sebenarnya / Utara Geografi (Truth North / Geographical North, US / TN) diberi simbol * , arah utara yang ditunjukan garis bujur (meridian) dan menuju ke kutub utara bumi atau titik pertemuan garis bujur bumi.
    * Utara peta / Utara Grid (Grid North, UP / GN) diberi simbol GN, arah utara yang ditunjukan garis koordinat tegak peta ke arah atas
    * Utara magnetik (Magnetic North, UM) diberi simbol T (anak panah separuh) , arah utara yang ditunjukan jarum kompas menuju kutub utara magnetik bumi 

    - Iktilaf
    * Iktilaf Peta / Konvergensi Meredian, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara peta
    * Iktilaf Magnetik / Deklinasi, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara magnetik
    * Iktilaf Utra Peta – Utara Magnetik / Deviasi, merupakan sudut yang dibentuk utara peta dengan utara magnetis 

    - Variasi Magnetik,
    yaitu perbedaan besarikhtilaf magnetik pada waktu yang berlainan. Jika variasi magnetis ini bertambah maka disebuti Increase dan jika berkurang maka disebut Decrease. 

    - Kontur
    garis khayal diatas permukaan bumi yang menghubungkan titik- titik yang memiliki ketinggian yang sama sehingga dapat mengetahui bentuk medan yang sebenarnya (menunjukan ketinggian, perbedaan ketinggian, kemiringan, proyeksi 3D). Terdapat istilah penting :
    * Interval Kontur, jarak tegak 2 garis kontur yang berdekatan / elevasi vertikalantara 2 buah garis kontur yang berdekatan. 

    Rumus : Interval kontur = 1/2000 x skala peta 

    Namun rumus ini tidak selamanya dapat digunakan karena garis kontur pada daerah terjal berbeda dengan daerah landai

    1. sifat-sifat garis kontur
    a. Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi, kecuali bila disebut secara khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.
    b. Garis kontur tidak akan pernah berpotongan
    c. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap, walaupun kerapatan dua garis kontur tersebut berubah-ubah.
    d. Daerah datar mpunyai kontur yang jarang-jarang, sedangkan daerah terjal atau curam mempunyai garis kontur yang rapat.
    e. Garis kontur tidak akan pernah bercabang.
    f. Punggung gunung atau bukit terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” yang ujung melengkungnya menjauhi puncak.
    g. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” yang ujungnya tajam dan menjorok ke arah puncak.
    h. Garis kontur berbentuk kurva tertutup.
    i. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara (tengah-tengah) antara dua garis yang berurutan.

    2. Menentukan ketinggian suatu tempat
    Untuk menentukan suatu ketinggian pada peta, yaitu dengan cara melihat interval kontur pada peta dan lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada perkiraan umum yaitu : interval kontur = 1/200 skala peta. 

    Tetapi perkiraan ini biasanya tidak selalu benar. Beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 25.000 dengan kontur interval yang tetap 25 m. Dalam misi SAR gunung hutan misalnya, sering kali suatu diperbesar dengan cara di fotocopy untuk ini interval kontur peta tersebut haruslah tetap dituliskan.

    Sering peta yang dikeluarkan oleh Bakorsutanal (1 : 50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m dan seterusnya) atau setiap selang sepuluh kontur.

    Peta yang dikeluarkan oleh AMS (Army Map Service) yang berskala 1 : 50.000, membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 m. Misalnya : 100,200,300 m dan seterusnya.
    Peta yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan garis konturnya. Dari informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk menentukan garis kontur tebal.

    Bila ketinggian garis kontur tidak dicantumkan, maka untuk mengetahui ketinggian suatu tempat haruslah dihitung dengan cara sebagai berikut :
    a. Cari dus titik yang berdekatan yang harga ketinggiannya diketahui (tercantum).
    b. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut hitung berapa kontur yang terdapat diantara keduanya (jangan menghitung garis kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
    c. Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).
    d. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian. Bila kontur terdekat itu berada diatas titikmaka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian itu. Bila kontur berada dibawah maka harganya lebih kecil. Hitung harga kontur terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari point (c).
    Lakukanlah perhitungan diatas sampai merasa yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar, cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda (kontur 1000, 1.250, 1,500 dan seterusnya) agar mudah mengingatnya.

    Titik Ketinggian
    * Tinggi Mutlak adalah tinggi yang diukur dari pemukaan laut, merupakan standarisasi
    pengukuran. Tinggi mutlak digunakan untuk menentukan tinggi sebenarnya dari permukaan laut
    * Tinggi Nisbi adalah tinggi yang diukur dari tempat dimana bendaitu berada, biasanya diukur dari permukaan tanah.
    * Titik Triangulasi adalah titik atau tanda yang merupakan pilar / tonggak yang menyatakan tinggi mut lak suatu tempat dari permukaan laut . Titik ini digunakan oleh jawatan topografi untuk menentukan tinggi suatu tempat atau letak suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu pasti pada waktu pembuatan peta.

    B. Kompas

    Adalah alat penunjuk arah, yaitu arah utara magnetis bumi yang disebabkan oleh sifat kemagnetisannya. Karena sifatini, maka dalam penggunaannya jauhkan kompas dari pengaruh benda-benda yang terbuat dari baja atau besi, karena akan menyebabkan penunjukkan yang salah pada jarumnya.
    * Kompas Orienteering
    * Kompas Bidik(Kompas Prisma)




    C. Protactor
    adalah alat yang digunakan untuk menentukan koordinat pada peta topografi dengan system koordinat Grid / UTM (Grid Coordinat).



    D. Altimeter
    adalah alat yang digunakan untuk menentukan kaetinggian suatu tempat yang diukur dari permukaan laut(mdpl)









    E. GPS (Global Position System) 
    Adalah bagian dari sistem radio navigasi berbasis satelit yang secara terus-menerus mentransmisikan informasi dalam bentuk kode, sehingga memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan lokasi / posisi, ketinggian, kecepatan dan waktu dengan mengukur jarak kita dengan satelit.
    Lebih dalam mengenai topik ini dapat dilihat pada tulisan Global Positioning System.




    F. Pengetahuan dasar Navigasi Darat 
    Sudut adalah besaran selisih derajat yang dibentuk oleh 2 buah garis, dimana yung satu menuju ke utara magnetis dan yang lain menuju ke sasaran.
    1) Sudut Azimuth
    Sudut mendatar yang besarnya dihitung sesuai dengan arah jarum jam dari arah utara. Azimuth ditujukkan untuk menentukan arah di medan atau di peta, melakukan pengecekkan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tsb adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan kita
    2) Sudut Back Azimuth
    Sudut arah dari suatu garis dilihat menurut arah kebalikkan. Cara menghitung nya : Jika azimuth lebih dari 180º, maka back azimuth sama dengan azimuth dikurangi 180º. Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya sama dengan 180º ditambah azimuth.

    G. Orientasi Medan 
    Adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya atau menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya. Sebelum Memulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda- tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta dengan pencocokan bentuk puncakan, sungai, desa dll. Jadi minimal diketahui secara kasar posisi. Orientasi medan ini berfungsi untuk meyakinkan perkiraan posisi anda adalah benar.
    Langkah-langkah orientasi Medan:
    1) Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda- tanda medan yang menyolok.
    2) Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
    3) Cari tanda- tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda- tanda medan tersebut di peta.
    4) Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
    5) Ingat tanda- tanda tersebut, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.

    H. Cross Bearing Technic
    a. Resection

    Yaitu menentukan posisi dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Langkah-langkah melakukan resection:
    1) Lakukan orientasi medan
    2) Cari objek / titik yang mudah dikenali pada medan sebenarnya dan pada peta, minimal 2 buah
    3) Bidik tanda- tanda medan tersebut dari posisi saat ini (azimuth)
    4) Hitung hasil backazimuth, tarik garis lurus dari titik acuan tersebut
    5) Lakukan langkah 2 – 4 pada titik acuan lain
    6) Perpotongan garis yang ditarik dari back azimuth titik acuan tersebut adalah posisi kita dipeta.

    b. Intersection
    Yaitu menentukan posisi suatu titik (benda) pada peta dengan menggunakan 2 atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan dan dipeta. Langkah- langkah melakukan intersection adalah:
    1) Lakukan orientasi medan dan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
    2) Bidik obyek yang kita amati
    3) Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
    4) Bergerak ke posisi lain dan lakukan langkah 1-3
    5) Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud. Semakin banyak titik bidik untuk menarik garis perpotongan, semakin akurat hasil yang didapatkan. Sudut terbaik antara titik bidik untuk melakukan intersection adalah 900


    I. Interpretasi dan Analisa Peta Topografi 
    Sebelum melakukan perjalanan untuk memahami kondisi medan sebenarnya berdasarkan informasi pada peta sehingga dapat digunakan sebagai asumsi awal dalam penyusunan rencana perjalanan. Interpretasi dan analisa peta ini dapat dilakukan dari :
    a. Informasi dasar peta,
    seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta, lokasi daerah dan titik ekstrim seperti perkampungan (nama daerah, nama jalan, nama sungai, nama gunung dan bentukan alam lain), perpotongan sungai, jalan, ketinggian suatu titik, kerapatan kontur berdasarkan pemahaman tentang sifat kontur yang dapat digunakan untuk memperkirakan jarak dan waktu tempuh, karakter medan / kemiringan (terjal / landai), vegetasi, dll.
    b. Tanda Medan 

    Melakukan analisa bentuk kontur yang tergambar pada peta untuk mendapatkan gambaran medan sebenarnya. Mengenali tanda medan ini dapat dilakukan berdasarkan sifat garis kontur yaitu :
    1) Perbedaan tinggi antara 2 kontur adalah setengah dari angka ribuan pada skala yang dinyatakan dalam satuan meter (biasanya tertera pada setiap peta topografi)
    2) kontur yang rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali untuk kawah
    3) antar kontur tidak akan saling berpotongan, kecuali berhimpit pada lembah yang sangat curam dimana terdapat air terjun
    4) kontur yang bebentuk seperti huruf V dari pusat kontur merupakan punggungan dan yang berbentuk seperti huruf V terbalik dari pusat kontur adalah lembahan.
    5) Kontur terputus-putus menyatakan ketinggian setengah atau lebih dari perbedaan tinggi antara 2 buah kontur berurut.
    6) Makin rapat kontur, menunjukkan daerah yang makin terjal/curam.
    7) Saddle adalah daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
    8) Pass adalah celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
    9) Bentukan sungai dapat terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian tingkat kontur, biasanya terdapat pada lembahan dan namanya tertera mengikuti alur sungai.

    Dalam kondisi sebenarnya, sering kali teknik cross bearing tidak selalu dapat dilakukan seperti karena faktor cuaca atau tidak terlihatnya titik ekstrim yang dapat dijadikan acuan. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam kondisi seperti ini adalah dengan melakukan analisa dan interpretasi peta untuk kemudian dapat dibandingkan hasilnya dengan medan sekitar, serta merunutnya dari titik awal perjalanan. 

    Oleh karena itu, biasakan untuk mempelajari, menandai dan melakukan sebanyak mungkin analisa medan selama perjalanan serta melakukan cross check perkiraan awal tadi dengan fakta yang didapatkan dilapangan. Semakin banyak kita mengetahui tanda – tanda medan yang dilalui, semakin memahami pula kita tentang sifat dan tingkat kesulitan medan tersebut yang akan sangat berguna selama melakukan perjalanan dan dalam situasi darurat. 

    Namun, Navigasi darat merupakan ilmu praktis, yang hanya dapat terasah jika dipraktekkan langsung dilapangan. Pemahaman mengenai teori dan konsep hanyalah membantu untuk memahami ilmu navigasi, tetapi tidak menjamin kemampuan navigasi darat seseorang.


    Sebelum melakukan perjalanan tentukan terlebih dahulu posisi kita berada kemudian tentukan posisi target perjalanan kita di dalam peta dan kemudian carilah sudut dari titik awal perjalanan di dalam peta ke titik akhir perjalanan. sudut ini nantinya berguna untuk acuan arah perjanan kita.

    Semoga bermanfaat, selamat menikmati alam bebas.